KAMI BANGGA MENJADI SANTRI SALAFI
APA SANTRI
SALAFI ITU…?
Santri
salafi itu……
Padamelanana
: Pokoknya Serba ngantri leres teu..?
Hobby na
: Mengaji & Ngerumpi…benarkah…?
Surganya : Pas Libur Ngaji …yang merasa komen di kolom komentar ya..!!
Naraka na
: Pas Kena sangsi..hmmmm
Bahagiana
: Pas bisa ngaji ketemu sama
pujaan hati,……..----------------harim,
harim
Kalo Gak Ngaji : Ya bobo Lagi
Teu gaduh
kabogoh : Tak merasa rugi
Gak punya motor : Ya jalan Kaki
Paling anti ama : Diskriminasi
Titelnya: Calon Kiyai…….atau ca,ul …..calon ulama
Mottonya : SAMI’NA WA ‘ATOHNA ILA KIYAI
SAKEDIK
TENTANG PARA SANTRI
Belajar di pesantren memang menyenangkan, hal itulah yang
terkesan dalam kehidupan sehari-hari para santri di Pondok Pesantren salafi.
Menyenangkan bukan berarti makanan harus enak-enak, tidurnya di kasur empuk
atau semua keinginan tercukupi. Kalau yang dikatakan hidup menyenangkan ala
anak-anak orang kaya dan orang-orang mewahan memang jauh dari keadaan para santri disini. Karena mereka hanya anak para
petani, Pesantren ini pun merupakan pesantren kampungan,desaan, jauh dari keramaian
kota dan hiburan. Para santrinya pun sangat sederhana kehidupannya, makan
seadanya, tidur beralas tikar agar tidak kedinginan karena hidup di dalam saung
bilik yang berlantai kayu sebut
saja Kobong , pakaian mereka merk pasar kaki limabukan dari tokoan apa lagi mall,hmmmmh hebat y.
Tapi tidak ada raut kesedihan atas kehidupan sederhana
mereka, dengan senyum mereka lewati hari-hari dipesantren. Rutinitas mereka
hanya belajar, saat pagi tiba kegiatan mereka mulai dengan memasak, jam 07.30
WIB ditempat masak yang juga
sangat sederhana sebut saja TUNGKU para santri mengaji karena di
psantren salaf tidak ada madrasah atau sekolah seperti halnya pesantren moderen
, pukul 12.00 sholat dhuhur berjam’ah dan memulai pengajian kembali sampai pukul 13.30, setelah itu santri
istirahat 15.00 sholat Ashar berjamaah, pukul 18.00 ber jama’ah sholat Magrib, malamnya
habis magrib istirahat sejenak sampai sholat Isya tiba, setelah itu berjama’ah sholat Isya dan
persiapan untuk mengikuti pengajian sampai pukul 21.00kadang sampai22.00 setelah itulah santri
bisa istirahat tenang ada yang masak ada pula yang langsung tidur yang masak maklum lah santri salafi
itu menmang makanan yang masuk perut hanya nasi liwet saja dan ketemu liwet
lagi.
jam 03.00 saat fajar tiba mereka bangun sholat malam, jam
04.00 jama’ah sholat subuh dan memulai pengajian tadarus Al-Qur’an begitulah
keseharian santri dan seterunya
Bagi orang yang mengamati mungkin melelahkan runitas mereka,
selain hari jum’at, sabtu dan minggu karena ada yang sambil sekolah mereka berangkat kesekolah
untuk melengkapi pelajaran mereka mengejar paket b dan c . hari jum,at mereka libur mengaji .Saat
ada waktu luang mereka
gunakan untuk mencuci pakaian, bersih-bersih dan belajar. Rutinitas itu mereka
lakukan dengan ikhlas, prinsip mereka “mumpung masih ada waktu untuk belajar
maka harus digunakan sebaik-baiknya”.
Jumlah santri mukim sejumlah 60 santri saja putra dari mana mereka
berasal, nama ayah ibunya, hari ulang tahun, kesukaanya apa, bahkan siapa yang
tidurnya mendekur dapat mereka hapal,
NU NGADAHDIR AYA,hi,hi
Yang menyenangkan dari kehidupan para santri adalah sikap
kekeluargaan mereka. Teman se-pesantren bagi mareka adalah keluarga besar.
Karena keadaan mereka jauh dari rumah maka teman yang saat ini paling dekat.
Jika ada yang sakit maka teman sekamar yang mengurusnya, saat kehabisan bekal
pinjam teman yang punya, saat ada makanan mereka makan bersama-sama, saat ada masalah mereka
saling curhat untuk saling memberi solusi.
Yang paling
unik menjadi santri salafi itu adalah’’ ADRAHI’’saat salah seorang ada yang
pulang kekobong dari rumahnya ia membawa ADRAHI mereka berkumpul bahkan yang
tidak kelihatanpun mereka cari untuk bias menikmati makanan ADRAHI yang ia bawa
Sikap kekeluargaan mereka perlihatkan juga saat itu,dan saat memasak, karena
dapurnya sempit maka memasak mereka gilir, sebagaian santri harus memasakkan
sebagaian temannya dengan digilir secara berputar. Makannya pun berjama’ah, (wadahnya
lebar) karena tak ada piring
melainkan hanya beralaskan daun pisang kemudian diberi nasi, sayur, lauk
jika kebetulan ada kalau tak
ada ya nasi saja jangankan lauk pauk garam pun mereka kadang ada kadang tak ada
kemudian para santri makan bersama-sama dengan berkeliling mengitari
wadah. Satu anggota masak biasanya 6 orang, ini yang mereka sebut “satu piring
bersama” dan “sehidup sepenanggungan”
Para santri hidup secara damai dan rukun walau mereka
berasal dari berbagai macam karakter, keluarga dan sosial ekonomi yang berbeda.
Memang dalam hidup bersosial kadang ada masalah, tetapi mereka dapat
mengatasinya dengan kekeluargaan. Tidak ada ceritanya di pesantren ini diantara
para santri yang kontra dengan temannya sampai timbul hiruk-pikuk. Tidak
sungkan-sungkan antara teman yang satu dengan lainnya saling memberi nasehat
dan saling mengingatkan. Keluarga dalam pandangan mereka harus rukun dan damai.
Di pesantren mereka belajar hidup mandiri dan bermasyarakat.
Mandiri, karena mereka harus mengelola kehidupan sehari-hari sendiri. Mereka
harus pintar-pintar mengatur waktu jadwal belajar, mencuci baju sendiri,
mengelola keuangan kiriman dari rumah dengan hati-hati. Bermasyarakat, karena
mereka hidup dengan banyak orang, belajar memahami dan mengerti orang lain,
tidak egois dan membantu teman.itulah
santri salafi
pengasuh pesantren juga sering memberi wejangan setelah selesai imtihan yang dilaksanakan setiap
dua minggu sekali ataupun saat mengaji bagaimana cara bergaul sesuai
ajaran agama. Sang guru
pernah mewanti-wanti para santri bahwa dalam pergaulan orang harus saling
mengerti satu sama lainnya, saling tolong menolong, bahkan kadang harus
mengalah jika hal itu lebih baik, karena mengalah demi kerukunan bukan berarti
kalah tetapi harus memikirkan kemaslahatan yang lebih besar. Santri tidak boleh
punya sikap iri dengan kepemilikan temannya, karena iri akan menjadi sikap
tidak mnyukai temannya, bisa jadi hasut bahkan dendam jika muncul masalah, iri
merupakan benih perpacahan
Jika dilihat cara hidup anak-anak muda zaman sekarang para
santri Pesantren salafi ini memang “tidak gaul”, tidak ada yang menyemir rambut
warna-warni, tidak ada yang bertato, tidak ada yang nongkrong dijalanan, tidak
ada yang ke diskotik atau mondar-mandir ke mall, tidak hapal lagu-lagu
terpopuler serta nama-nama artis dalam negeri dan luar negeri. Mereka hidup
penuh peraturan, dikurung oleh pagar peraturan tidak bisa bebas keluar masuk, tidak pakai HP, model
pakaiannya kemeja, sarung, kalau punya celana jeans pun merk pasar kaki lima.
Tapi, sungguh hidup ini mereka jalani dengan sangat
menyenangkan, hidup dengan penuh kekeluargaan, rukun, damai, santun dan selalu
menjalankan perintah agama. Suasana seperti ini tidak kita temukan diluar
pesantren. Di sekolah formal keakraban mungkin hanya kita dapat dengan beberapa
teman, tidak ada nasehat keagamaan yang mengikat. Di pesantren jelas bagi yang
melanggar ajaran agama akan diberi sanksi, dari peringatan, ta’zir, pemanggilan
orang tua, jika berat bisa dikeluarkan. Pesantren memang harapan negara ini,
saat akhlak para remaja mulai pudar karena arus modernisasi dan globalisasi,
maka pesantren dengan susah payah berusaha membangun akhlak para generasi yang baik bermanfaat
dan inilah pondok albarokah saat ini jan.2019
dan rencana tahun ini pondok akan di bangun ulang karena akan ada pelebaran ukuran maka dari itu kami atas nama santri albarokah mohon ndo,anya bilkhusus kepada para alumni kakak kakak kami semoga guru kami dalam pembangunan ini ada dalam rido allah dan di gampangkan rizqinya dan apabila dari para alumni(kakak kakak kami)ada yang ingin membantu meringankan beban guru kita kami ucapkan banyak terimakasih dan bisa di tf ke no rek ini putra dari gurukita,atas nama cep mandah
penampakan madrosah bawah pondok
by .rahmat abu chemphore