Jumat, 11 Januari 2019

SURGANYA SANTRI PAS LIBUR NGAJI


KAMI BANGGA MENJADI SANTRI SALAFI

APA SANTRI SALAFI ITU…?


Santri salafi  itu……
Padamelanana : Pokoknya Serba ngantri  leres teu..?
Hobby na : Mengaji & Ngerumpi…benarkah…?
Surganya : Pas Libur Ngaji …yang merasa komen di kolom komentar ya..!!
Naraka na : Pas Kena sangsi..hmmmm
Bahagiana : Pas bisa ngaji ketemu sama pujaan hati,……..----------------harim, harim
Kalo Gak Ngaji : Ya bobo Lagi
Teu gaduh kabogoh : Tak merasa rugi
Gak punya motor : Ya jalan Kaki
Paling anti ama : Diskriminasi
Titelnya: Calon Kiyai…….atau ca,ul …..calon ulama
Mottonya : SAMI’NA WA ‘ATOHNA ILA KIYAI
SAKEDIK TENTANG PARA SANTRI

Belajar di pesantren memang menyenangkan, hal itulah yang terkesan dalam kehidupan sehari-hari para santri di Pondok Pesantren salafi. Menyenangkan bukan berarti makanan harus enak-enak, tidurnya di kasur empuk atau semua keinginan tercukupi. Kalau yang dikatakan hidup menyenangkan ala anak-anak orang kaya dan orang-orang mewahan memang jauh dari keadaan para santri disini. Karena mereka hanya anak para petani, Pesantren ini  pun merupakan pesantren kampungan,desaan, jauh dari keramaian kota dan hiburan. Para santrinya pun sangat sederhana kehidupannya, makan seadanya, tidur beralas tikar agar tidak kedinginan karena hidup di dalam saung bilik yang berlantai kayu sebut saja Kobong , pakaian mereka merk pasar kaki limabukan dari tokoan apa lagi mall,hmmmmh hebat y.
Tapi tidak ada raut kesedihan atas kehidupan sederhana mereka, dengan senyum mereka lewati hari-hari dipesantren. Rutinitas mereka hanya belajar, saat pagi tiba kegiatan mereka mulai dengan memasak, jam 07.30 WIB ditempat masak yang juga sangat sederhana sebut saja TUNGKU para santri mengaji karena di psantren salaf tidak ada madrasah atau sekolah seperti halnya pesantren moderen , pukul 12.00 sholat dhuhur berjam’ah dan memulai pengajian kembali sampai pukul 13.30, setelah itu santri istirahat 15.00 sholat Ashar berjamaah, pukul 18.00 ber jama’ah sholat Magrib, malamnya habis magrib istirahat sejenak sampai sholat Isya tiba, setelah itu berjama’ah sholat Isya dan persiapan untuk mengikuti pengajian sampai pukul 21.00kadang sampai22.00 setelah itulah santri bisa istirahat tenang ada yang masak ada pula yang langsung tidur yang masak maklum lah santri salafi itu menmang makanan yang masuk perut hanya nasi liwet saja dan ketemu liwet lagi.
jam 03.00 saat fajar tiba mereka bangun sholat malam, jam 04.00 jama’ah sholat subuh dan memulai pengajian tadarus Al-Qur’an begitulah keseharian santri dan seterunya
Bagi orang yang mengamati mungkin melelahkan runitas mereka, selain hari jum’at, sabtu dan minggu karena ada yang sambil sekolah mereka berangkat kesekolah untuk melengkapi pelajaran mereka mengejar paket b dan c . hari jum,at mereka libur mengaji .Saat ada waktu luang mereka gunakan untuk mencuci pakaian, bersih-bersih dan belajar. Rutinitas itu mereka lakukan dengan ikhlas, prinsip mereka “mumpung masih ada waktu untuk belajar maka harus digunakan sebaik-baiknya”.
Jumlah santri mukim sejumlah 60 santri saja putra dari mana mereka berasal, nama ayah ibunya, hari ulang tahun, kesukaanya apa, bahkan siapa yang tidurnya mendekur dapat mereka hapal,
                                                       NU NGADAHDIR AYA,hi,hi
Yang menyenangkan dari kehidupan para santri adalah sikap kekeluargaan mereka. Teman se-pesantren bagi mareka adalah keluarga besar. Karena keadaan mereka jauh dari rumah maka teman yang saat ini paling dekat. Jika ada yang sakit maka teman sekamar yang mengurusnya, saat kehabisan bekal pinjam teman yang punya, saat ada makanan mereka makan bersama-sama, saat ada masalah mereka saling curhat untuk saling memberi solusi.
Yang paling unik menjadi santri salafi itu adalah’’ ADRAHI’’saat salah seorang ada yang pulang kekobong dari rumahnya ia membawa ADRAHI mereka berkumpul bahkan yang tidak kelihatanpun mereka cari untuk bias menikmati makanan ADRAHI yang ia bawa
Sikap kekeluargaan mereka perlihatkan juga saat itu,dan saat memasak, karena dapurnya sempit maka memasak mereka gilir, sebagaian santri harus memasakkan sebagaian temannya dengan digilir secara berputar. Makannya pun berjama’ah, (wadahnya lebar) karena tak ada piring melainkan hanya beralaskan daun pisang kemudian diberi nasi, sayur, lauk jika kebetulan ada kalau tak ada ya nasi saja jangankan lauk pauk garam pun mereka kadang ada kadang tak ada kemudian para santri makan bersama-sama dengan berkeliling mengitari wadah. Satu anggota masak biasanya 6 orang, ini yang mereka sebut “satu piring bersama” dan “sehidup sepenanggungan”
Para santri hidup secara damai dan rukun walau mereka berasal dari berbagai macam karakter, keluarga dan sosial ekonomi yang berbeda. Memang dalam hidup bersosial kadang ada masalah, tetapi mereka dapat mengatasinya dengan kekeluargaan. Tidak ada ceritanya di pesantren ini diantara para santri yang kontra dengan temannya sampai timbul hiruk-pikuk. Tidak sungkan-sungkan antara teman yang satu dengan lainnya saling memberi nasehat dan saling mengingatkan. Keluarga dalam pandangan mereka harus rukun dan damai.
Di pesantren mereka belajar hidup mandiri dan bermasyarakat. Mandiri, karena mereka harus mengelola kehidupan sehari-hari sendiri. Mereka harus pintar-pintar mengatur waktu jadwal belajar, mencuci baju sendiri, mengelola keuangan kiriman dari rumah dengan hati-hati. Bermasyarakat, karena mereka hidup dengan banyak orang, belajar memahami dan mengerti orang lain, tidak egois dan membantu teman.itulah santri salafi
pengasuh pesantren juga sering memberi wejangan setelah selesai imtihan yang dilaksanakan setiap dua minggu sekali ataupun saat mengaji bagaimana cara bergaul sesuai ajaran agama. Sang guru pernah mewanti-wanti para santri bahwa dalam pergaulan orang harus saling mengerti satu sama lainnya, saling tolong menolong, bahkan kadang harus mengalah jika hal itu lebih baik, karena mengalah demi kerukunan bukan berarti kalah tetapi harus memikirkan kemaslahatan yang lebih besar. Santri tidak boleh punya sikap iri dengan kepemilikan temannya, karena iri akan menjadi sikap tidak mnyukai temannya, bisa jadi hasut bahkan dendam jika muncul masalah, iri merupakan benih perpacahan
Jika dilihat cara hidup anak-anak muda zaman sekarang para santri Pesantren salafi ini memang “tidak gaul”, tidak ada yang menyemir rambut warna-warni, tidak ada yang bertato, tidak ada yang nongkrong dijalanan, tidak ada yang ke diskotik atau mondar-mandir ke mall, tidak hapal lagu-lagu terpopuler serta nama-nama artis dalam negeri dan luar negeri. Mereka hidup penuh peraturan, dikurung oleh pagar peraturan tidak bisa bebas keluar masuk, tidak pakai HP, model pakaiannya kemeja, sarung, kalau punya celana jeans pun merk pasar kaki lima.
Tapi, sungguh hidup ini mereka jalani dengan sangat menyenangkan, hidup dengan penuh kekeluargaan, rukun, damai, santun dan selalu menjalankan perintah agama. Suasana seperti ini tidak kita temukan diluar pesantren. Di sekolah formal keakraban mungkin hanya kita dapat dengan beberapa teman, tidak ada nasehat keagamaan yang mengikat. Di pesantren jelas bagi yang melanggar ajaran agama akan diberi sanksi, dari peringatan, ta’zir, pemanggilan orang tua, jika berat bisa dikeluarkan. Pesantren memang harapan negara ini, saat akhlak para remaja mulai pudar karena arus modernisasi dan globalisasi, maka pesantren dengan susah payah berusaha membangun akhlak para generasi yang baik bermanfaat

dan inilah pondok albarokah saat ini  jan.2019
dan rencana tahun ini pondok akan di bangun ulang karena akan ada pelebaran ukuran maka dari itu kami atas nama santri albarokah mohon ndo,anya bilkhusus kepada para alumni kakak kakak kami semoga guru kami dalam pembangunan ini ada dalam rido allah dan di gampangkan rizqinya dan apabila dari para alumni(kakak kakak kami)ada yang ingin membantu meringankan beban guru kita kami ucapkan banyak terimakasih dan bisa di tf ke no rek ini putra dari gurukita,atas nama cep mandah

penampakan madrosah bawah pondok



by .rahmat abu chemphore



Kamis, 10 Januari 2019

segolongan orang yang menyembah pohon

Di suatu daerah terdapat seorang yang dalam waktu cukup lama dikenal sebagai ahli ibadah (‘abid). Suatu hari sekelompok orang datang kepadanya seraya memberi tahu bahwa di sekitar tempat itu ada segolongan orang yang menyembah pohon, bukannya menyembah Allah. Mendengar informasi demikian, Sang ‘abid marah. Kemudian dia mengambil kapaknya dan pergi menuju pohon dimaksud untuk menebangnya.

Tetapi Iblis yang menampakkan dirinya sebagai seorang Syekh menghadang langkah si ahli ibadah.
"Ke mana kamu akan pergi,” tanya Iblis.
"Aku akan menebang pohon yang disembah itu,” kata si ahli ibadah.
"Apa kepentinganmu dengan pohon itu? Kamu telah meninggalkan ibadah dan kesibukanmu dengan dirimu sendiri, lalu kamu meluangkan waktu untuk selain itu,” selidik Iblis.
"Ini adalah bagian dari ibadahku juga,” jawab si ‘abid.
"Kalau begitu aku tidak akan membiarkanmu untuk menebangnya."
Lalu Iblis menyerang sang ahli ibadah. Tanpa kesulitan sang ‘abid berhasil mengalahkan Iblis, membantingnya ke tanah dan akhirnya dapat menduduki dadanya.
"Lepaskanlah aku, agar aku dapat berbicara kepadamu,” pinta Iblis.
Sang ‘abid pun berdiri. Lalu Iblis berkata:
"Wahai si ‘abid, sesungguhnya Allah telah melepaskan urusan ini darimu dan tidak mewajibkannya atasmu. Kamu tidak akan menanggung dosa orang lain. Allah pun mempunyai para nabi di segala penjuru bumi. Seandainya Allah menghendaki, niscaya dia akan mengutus mereka kepada para penyembah pohon ini dan memerintahkan mereka untuk menebangnya."
"Aku tetap harus menebangnya,” tutur ahli ibadah bersikukuh.
Iblis pun kembali menyerang si ‘abid. Namun kembali dengan mudah si ‘abid dapat mengatasi perlawanan Iblis, dibantingnya ke tanah lalu diduduki dadanya. Akhirnya Iblis tidak berdaya dan berkata kepada sang ‘abid:
"Apakah kamu mau menerima penyelesaian antara aku dan kamu yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagimu.
"Apa itu?” Tanya sang ahli ibadah.
"Lepaskanlah aku suapaya aku dapat mengatakannya.”
Sang ‘abid pun melepaskannya. Lalu iblis berkata:
"Kamu adalah seorang laki-laki miskin. Kamu tidak memiliki apa-apa. Kamu hanyalah beban yang memberatkan manusia. Barangkali kamu akan berbuat baik kepada kawan-kawanmu, membantu tetangga-tetanggamu, dan tidak lagi membutuhkan orang lain.
"Benar,” si ‘abid mengiyakan.
"Pulang dan tinggalkanlah urusan ini. Setiap malam aku akan meletakkan dua dinar di bawah kepalamu. Saat pagi hari kamu bisa mengambilnya lalu membelanjakannya untuk dirimu dan keluargamu, serta menyedekahkan untuk teman-temanmu. Hal itu akan lebih bermanfaat bagimu dan bagi kaum muslimin ketimbang menebang pohon yang disembah ini. Apabila kamu menebangnya, hal itu tidak akan membahayakan mereka dan tidak pula memberi manfaat atas teman-teman muslim kamu,” ujar Iblis menjelaskan.
Sang ‘abid merenungkan apa yang diucapkan Iblis, lalu berkata, "Syekh ini benar. Aku memang bukanlah seorang nabi sehingga aku tidak wajib menebang pohon ini. Lagi pula Allah pun tidak memerintahkan aku untuk menebangnya sehingga aku tidak akan berdosa apabila membiarkannya. Dan apa yang disampaikannya memang lebih banyak manfaatnya.”
Setelah itu, Iblis bersumpah dan berjanji kepada sang ‘abid akan memenuhi komitmennya itu. Sang ‘abid pun pulang ke tempat ibadahnya. Pada pagi harinya dia melihat dua dinar di bawah kepalanya. Dia pun mengambilnya. Begitu pula pada keesokan harinya. Tetapi pada pagi hari ketiga dan pagi hari setelahnya dia tidak mendapati sesuatu apa pun. Merasa kecewa atas kejadian itu, ahli ibadah menjadi marah dan mengambil kapaknya. Iblis kembali menghadangnya dalam bentuk seorang Syekh.
"Mau ke mana kamu?”
"Aku akan menumbangkan pohon itu.”
"Demi Allah, kamu tidak akan mampu melakukannya. Dan kamu tidak akan mendapatkan jalan menuju pohon itu.”
Sang ‘abid menyergap Iblis sebagaimana ia melakukannya pada kejadian pertama.
"Tidak mungkin,” kata iblis.
Lalu Iblis membekuk sang ‘abid dan membantingnya. Dalam sekejap dia menjadi seperti burung kecil di antara dua kaki Iblis. Iblis duduk di atas dadanya dan berkata, "Berhentilah dari urusan ini. Apabila tidak, aku akan membunuhmu.”
Kini sang ‘abid tidak memiliki kekuatan untuk melawan Iblis.
"Wahai Syekh, kamu sekarang telah mengalahkanku. Lepaskanlah aku dan beritahukanlah kepadaku mengapa dulu aku bisa mengalahkanmu, tapi sekarang kamu yang mengalahkanku,” tanya ahli ibadah.
"Karena pada kali pertama kamu marah, kamu melakukan itu karena demi Allah, dan niatmu adalah akhirat sehingga Allah menundukkanku untukmu. Tetapi kali ini kamu marah demi dirimu sendiri dan demi dinar-dinar yang aku hentikan untukmu,” pungkas Iblis.
Demikian kurang lebihnya (bukan terjemahaan harfiah) salah satu cerita israiliyat yang dilansir oleh Imam Al-Ghazali dalam Ihya' Ulumid Din jilid empat ketika sang Hujjatul Islam itu memaparkan tentang "Keutamaan Ikhlas" dengan analogi cerita. Bila kini banyak orang berusaha mengambil pelajaran dan iktibar melalui jalan membaca cerita-cerita fiksi yang dikarang para sastrawan, maka dengan tujuan yang sama kisah israiliyat juga tidak dapat dianggap remeh apalagi yang disajikan oleh tokoh sekaliber Imam Al-Ghazali yang kami yakini lebih hebat daripada para sastrawan-penyair masa kini

Kami senang jadi anak pondok

Santeri biar makan kaya meri tapi berpenampilan kaya menteri

un kurang lebih70an dan pendidiknya yang mursyid guru kami mama sya,roni rohimahulloh dan digantikan oleh mantunya yang sampai saat ini santeri masih silih berganti dari tahu ke tahun pondok ini berada didaerah pegunungan tepatnya di kp tonjong desa baranangsiang kec cipongkor bandung barat dari itulah kami cinta pondok ini do,akan terus kami agar kami belajar lebih tekun dan hasil ilmu seperti kakak kakak kami
percobaan link
By.ponpes albarokah.blogspot.com

SURGANYA SANTRI PAS LIBUR NGAJI

KAMI BANGGA MENJADI SANTRI SALAFI APA SANTRI SALAFI ITU…? Santri salafi   itu…… Padamelanana : Pokoknya Serba ngantri   ler...